Home / Stories / Speech Delay

Speech Delay

Eh tadi saya share info tentang Speech Delay ya mak? Mau nulis tentang ini ha kok malah lupa.

Mau sharing pengalaman aja sih, karena dulu kak Asma juga pernah hampir ngalamin. Kok hampir? Iya karena saya sendiri belum pernah konsul ke dokter, baru menyimpulkan dari observasi sendiri. Temen-temen yang follow IG @bukuasma dari jaman awal dulu kemungkinan udah pernah baca cerita saya tentang kemampuan bicara Asma yang sempat terganggu ketika masih kecil.

Waktu itu Asma usianya 1,5 tahun belum banyak kosakata berarti yang bisa diucapkannya. Menjelang 2 tahun bahkan dia belum mampu merangkai 2-3 kata menjadi kalimat sederhana.

Tau apa sebabnya?

Itu semua karena salah saya, yang sejak Asma bayi udah kenal sama TV. Iya, dulu keseharian kami tak lepas dari TV, kalau saya beberes rumah, TV jadi andalan yang bikin Asma anteng. Dan favoritnya Asma itu film Masha. Tau sendiri kan Masha dulu pake bahasa Rusia. Dari situlah Asma suka niruin. Ketika kami mudik sampe dibilang tetangga, Asma ngomong pake bahasa planet. Sampe ada yang secara ga langsung nyuruh Asma ikut terapi wicara.

Sampai suatu ketika Allah mempertemukan saya pada sebuah benda kecil ajaib yang mengubah banyak hal dalam perkembangan Asma: BUKU. Ga sengaja nemu spongebook punya tetangga, dan Asma kelihatan sukaaaa. Akhirnya request ke Abi buat beliin. Awalnya beli satu, saya ingeeeet banget ekspresinya Asma waktu pertama kali punya buku. Sumringah. Sampe bukunya dibawa bobok.

Akhirnya kepikiran buat beliin Asma buku. Waktu itu dana mepet. Mikir lama pas mau beli buku. Beruntung masih dapat ‘gaji’ dari jualan jilbab bareng temen-temen. Dan sebagian uang itu dibeliin buku buat Asma. Dulu masih awam soal buku bagus. Cuman tau boardbook, spongebook eceran gitu. Akhirnya beli beberapa, sama satu buah buku ensiklopedia bergambar.

Habis punya buku, apa Asma langsung suka baca dan lancar bicara?? ENGGAK! Asma masih lebih suka nonton TV dan main. Buku buku hanya sambil lalu disentuhnya.

Akhirnya saya tersadar, selain memfasilitasi ternyata saya perlu usaha lebih: mengurangi interaksi Asma dengan TV. Hingga beberapa minggu setelahnya keluar pengumuman mutasi yang mengubah banyak hal.

Juli 2015 resmi keluar SK suami pindah kantor dari Banjarmasin (Kalsel) ke Sampit (Kalteng). Dan dari situ ada pengalaman yang menjadi awal mula Asma jadi suka sama buku.

Pindah ke sampit yang awalnya bikin ragu dan agak nyesek ternyata ada banyak hikmahnya. Awalnya kami tinggal di sebuah kamar kos kecil, kabar buruknya lagi, kami ga bisa nyalain TV, jaringan internet pun amat sangat terbatas. Jadilah hampir 2 minggu pertama di Sampit kami kayak ga berinteraksi sama media sosial.

Awalnya kagok yaaa, tapi ternyata itu salah satu cara Allah agar kami bisa menikmati waktu, tanpa TV sama sekali. Hiburan kami waktu itu ya cuma buku yang kami bawa dari Banjarmasin. Tiap hari saya bacain Asma buku. Sampe saya boseeen rasanya karena bukunya itu itu aja. Tapiii Asma ga pernah bosan.

Sampai tiba saatnya kami pindah kontrakan, kebiasaan membaca buku terus dilanjutkan. Apa kabar TV? TV mah masih ada dan masih suka nyala juga. Tapi ada satu perubhan besar, kegiatan Asma tak lagi hanya nonton TV, tapi dia sudah lebih menikmati agenda baca buku bersama.  Selain itu,s aya mulai mendikte Asma mengucapkan kalimat sederhana ketika meminta sesuatu.

Alhamdulillah usaia 2+ sampai 2,5 tahun Asma menunjukkan banyak perubahan baiks etelah rutin kami abcakan buku. Perlahan ksoakatanya mulai bertambah, sudah bisa menajwab ketika ditanya, sudah bisa komunikasi aktif. Dan mulai suka bertanya apa, kenapa, dll.

Dari pengalaman itu saya dapat banyak pelajaran berharga. Dan pengalaman itu pengen saya share ke temen-temen. Minimal biar ga perlu mengalami apa yang kami alami. Karena sedih lho rasanya ketika anak-anaka kita terlambat perkembangannya akrena klekeliruan kita sendiri, karena kita kurang memberi stimulasi sejak kecil, atau malah mengabaikan masa-masa emas tumbuh kembang mereka.

Oiya, selain TV, interaksi balita sama gagdet juga banyak efek negatifnya lho. Itulah kenapa sampais aat ini kami ga ngefasilitasin gagdet khusus buat duo A. Seseklai pakai buat nonton kartun atau gambar aja gapapa. Tapi kebanyakan kegiatan mereka dalah sama mainan dan buku-buku.

Dan satu lagi, tak perlu berkecil hati misal saat ini kita belum ada cukup dana untuk memfasilitasi anak-anak belajar. Yakin aja pasti Allah nanti kasih jalan. Yang penting kita MAU dulu. Itu syarat utamanya. Ketika kita ada tekad yang kuat, di situlah pasti kita akan berusaha lebih kan? Dan Allah pasti akan memberikan hasil terbaik dari tiap jerih payah kita.

Karena punya dana berlebih pun tak selalu jadi jaminan kok. Berapa banyak orantua yang lebioh memilih memfasilitasi anak mereka dengan barang mewah lain, seperti gagdet misalnya, ketiumbang beliin buku bergizi untuk anaknya. Padahal dari segi benefit jelas buku lebih banyak manfaatnya kan. Sayang banyak orangtua yang belum tau, atau sudah tau tapi ga mau.

Itulah kenapa yang pertama harus kita punyai itu, kemauan dan tekad yang kuat. Setelahnya mari kita berdoa agar Allah mampukan untuk bisa memberikan fasilitas terbaik dalam mendidik anak-anak dari dalam rumah kita sendiri.

Sekian ya shariung singkatnya ya mak. Semoga bisa diambil hikmahnya.

Semangat yaa, semoga Allah limpahkan rejeki, dan mudahkan ikhtiar kita semua. Aamiin.

 

One comment on “Speech Delay”

  • Keren mba. Kisahnya 1112 sm anak saya. Malah umur 4 thn an perkembangan berbicaranya sedikit sekali. Mungkin saya jg lbh fokus ke anak bayi kami dulu. Tapi iya dengan membacakan buku memang benar2 efektif ya.

  • Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    *
    *